JUMADAL ULA: DI PERSIMPANGAN DINGIN DAN API SEJARAH

Bulan-bulan Hijriah adalah lembaran-lembaran takdir, teranyam dari benang waktu yang membentang dari kenabian hingga kini. 

Di antara simpul-simpul sakral itu, hadir Jumadal Ula—bulan kelima, yang namanya menyiratkan makna "pembekuan" atau "kekeringan" (jumād). Namun, di balik semantik beku itu, tersembunyi nyala peristiwa yang mengukir jiwa dan memahat jalan sejarah peradaban Islam.

🕊️ Simfoni Cinta dan Pengorbanan: Kisah Agung yang Menyentuh Qalbu

Jumadal Ula bukanlah sekadar penanda transisi musim; ia adalah saksi bisu bagi monumentalitas cinta dan keteguhan iman.

Pernikahan Sang Utusan dan Khadijah:

Mengalir dalam riwayat Jumadal Ula adalah kisah cinta suci antara Nabi Muhammad SAW dan Khadijah binti Khuwailid. Ini bukan sekadar ikatan dua insan, melainkan pertautan dua jiwa yang menjadi pivot bagi risalah agung. 

Khadijah, sang Thahirah (yang suci), adalah pelabuhan pertama bagi wahyu yang mengguncang dunia, benteng kasih di tengah badai penolakan.

Dalam filsafat batin, pernikahan ini adalah manifestasi dari keseimbangan awal antara Nur (Cahaya Kenabian) dan Sakinah (Ketenangan Batin), fondasi kokoh yang melahirkan peradaban dari rahim cinta yang tulus. 

Bukankah setiap perjuangan besar berakar pada ketenangan jiwa yang didapatkan dari pasangan sejati?

Lahirnya Mutiara Kearifan:

Bulan ini juga menjadi panggung kelahiran para mercusuar ilmu, seperti Imam Al-Ghazali (w. 450 H/1058 M). Sosok yang merajut kembali benang-benang spiritualitas dan rasionalitas Islam yang sempat terkoyak. 

Kelahiran beliau adalah janji bahwa di tengah kekeringan pemikiran, selalu ada mata air hikmah yang memancar. Ia adalah filsuf yang mengkritik filsafat demi mendekatkannya kembali pada kebenaran Illahi.


⚔️ Epos Darah dan Strategi: Menggali Makna Kemenangan Sejati

Jumadal Ula tak luput dari gemuruh medan juang, di mana iman diuji dalam kobaran api peperangan.

Perang Mu'tah (Tahun 8 H): Ujian Puncak Keikhlasan

Peristiwa paling dramatis yang terpahat di bulan ini adalah Perang Mu'tah. 

Ini adalah pertempuran yang melampaui logika material, di mana tiga panglima utama Rasulullah SAW—Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah—gugur secara beruntun. Pasukan Muslim yang kecil harus menghadapi kekuatan super Kekaisaran Bizantium.

Ini bukan kemenangan teritorial, melainkan kemenangan spiritual dan strategis.

Kematian para panglima adalah sebuah transendensi dari kepemimpinan individu menuju kepemimpinan kolektif dan ketaatan kepada Risalah.

Kehadiran Khalid bin Walid: Di tengah kekacauan, muncullah Khalid bin Walid, yang dijuluki Sayfullāh (Pedang Allah). 

Kebijaksanaannya dalam mengatur penarikan mundur pasukan—suatu strategi yang cemerlang—mengubah kekalahan total menjadi suatu bentuk kemenangan moral dan penyelamatan pasukan. 

Ini mengajarkan bahwa keberanian sejati adalah gabungan dari ketegasan batin dan kecerdasan taktis, bukan semata gairah bertempur.

Perang Al-Ashirah (Tahun 2 H): Diplomasi di Awal Perjuangan

Peristiwa penting lain, Perang Al-Ashirah, yang dipimpin langsung oleh Nabi SAW, berakhir tanpa pertumpahan darah berkat perjanjian damai dengan Bani Mudlij. 

Ini menegaskan bahwa perdamaian (al-Silm) adalah tujuan tertinggi Islam, dan peperangan adalah jalan terakhir.


📚 Rujukan Standar dalam Lentera Sejarah

Sirah Nabawiyah (Sejarah Kenabian):

Ibn Hishām, Sirah an-Nabawiyyah.

Ibn Katsīr, al-Bidāyah wan-Nihāyah (bab-bab yang mengisahkan Sirah).

Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum (The Sealed Nectar) - khususnya bab tentang Mu'tah dan pernikahan Khadijah.

Kitab Tārikh (Sejarah Umum Islam):

Imam ath-Thabarī, Tārīkh ar-Rusul wa al-Mulūk (Sejarah Para Rasul dan Raja-Raja).


💡 Penutup: Refleksi Filsafat Jumadil Awwal

Jumadil Awwal mengajarkan kita bahwa sejarah bukanlah narasi linear, melainkan jalinan spiral antara kekuatan luar (perang, taktik) dan kekuatan dalam (cinta, kearifan). Di satu sisi, ia adalah bulan dingin yang membekukan kepastian, memaksa umat untuk berstrategi; di sisi lain, ia adalah bulan yang menghangatkan dengan api cinta pertama dan kelahiran para pembaharu jiwa.

Mari kita selami bulan ini dengan merenungkan makna ketegasan Khadijah, keberanian yang cerdas dari Khalid, dan kedalaman hikmah Al-Ghazali. Karena pada dasarnya, setiap bulan dalam kalender Hijriah adalah undangan untuk kembali kepada inti terdalam dari keimanan: aksi yang berakar pada kesucian niat.

Diposting oleh NEDI ARWANDI
Blogger Muaradua OKU Selatan Updated at: Sabtu, 01 November 2025

Posted by : Nedi Arwandi ~ Blogger Muaradua OKU Selatan

nedi-arwandi Kunjungan Anda sangat berharga buat kami. Saran dan ide Anda, kami harapkan untuk perbaikan situs ini. Bila Anda menyebarkan informasi yang berasal dari situs ini diharapkan mencantumkan tautan link aktif ke sumber postingan pada situs ini. Jazaakumullah Khairal jazaa'.SEMOGA TERJALIN PERSAUDARAAN YANG ERAT.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar