Ada cinta yang tidak selalu mengalir melalui kata-kata, tidak diwujudkan dalam pelukan, dan jarang dituturkan lewat ungkapan manis.
Cinta itu mungkin hadir lewat langkah yang pelan tapi pasti, lewat napas yang dijaga agar tetap stabil, lewat punggung yang tegak meski dunia terasa berat. Cinta itu bernama: Ayah.
Lelaki yang Menyimpan Semesta dalam Diam
Ayah sering berjalan di balik layar. Ia bukan pemeran utama dalam dongeng yang penuh kembang kata.
Ia adalah pondasi, tanah tempat kita berpijak, langit yang menjaga agar hujan tidak langsung melukai.
Ia tak selalu pandai berkata,
Ia tak selalu pandai berkata,
Namun kehadirannya adalah kalimat terindah.
Ia mungkin tidak selalu tahu cara menunjukkan kasih,
Ia mungkin tidak selalu tahu cara menunjukkan kasih,
Namun tindakannya adalah puisi yang panjang dan lembut,
ditulis bukan dengan pena,
tetapi dengan kerja, peluh, dan kesabaran.
ditulis bukan dengan pena,
tetapi dengan kerja, peluh, dan kesabaran.
Ayah dan Filosofi Keheningan
Ada filsafat yang tumbuh dari cara ayah kita menjalani hari-harinya.
Bahwa cinta tidak perlu selalu berbunyi.
Ada filsafat yang tumbuh dari cara ayah kita menjalani hari-harinya.
Bahwa cinta tidak perlu selalu berbunyi.
Bahwa tanggung jawab seringkali adalah bentuk doa paling nyata.
Dan bahwa keberanian terkadang berarti tetap bertahan—meski diri sendiri lelah.
Dan bahwa keberanian terkadang berarti tetap bertahan—meski diri sendiri lelah.
Ayah mengajarkan bahwa menjadi kuat bukan berarti tidak pernah rapuh,
melainkan mampu tetap berdiri meski hati berkali-kali retak dalam diam.
melainkan mampu tetap berdiri meski hati berkali-kali retak dalam diam.
Ayah, Sosok yang Mungkin Terlihat Biasa
Dalam keseharian, ia mungkin hanya terlihat seperti lelaki dengan langkah yang sedikit letih.
Namun di balik itu, ia menyimpan:
Dalam keseharian, ia mungkin hanya terlihat seperti lelaki dengan langkah yang sedikit letih.
Namun di balik itu, ia menyimpan:
Kekhawatiran yang tak pernah ia ucapkan.
Harapan yang ia selipkan dalam doa.
Impian yang ia gantungkan pada senyum anak-anaknya.
Harapan yang ia selipkan dalam doa.
Impian yang ia gantungkan pada senyum anak-anaknya.
Ia tidak meminta dipuji.
Ia tidak menuntut dikenang.
Ia tidak menuntut dikenang.
Cukup baginya melihat kita tumbuh, meski ia sendiri harus perlahan menua.
Mengingat, Menghargai, Mengucap Terima Kasih
Mengingat, Menghargai, Mengucap Terima Kasih
Hari Ayah bukan sekadar memberi ucapan, bukan pula formalitas tahunan.
Ia adalah kesempatan untuk menengok ke dalam diri, untuk bertanya:
Ia adalah kesempatan untuk menengok ke dalam diri, untuk bertanya:
Sudahkah aku menghargai ia yang selalu menjaga tanpa suara?
Kadang, ayah hanya butuh satu kalimat sederhana:
Kadang, ayah hanya butuh satu kalimat sederhana:
“Terima kasih, Ayah. Aku melihatmu. Aku menghargaimu.”
Dan kalimat itu mungkin akan menjadi pelita di malam-malam letihnya.
Selamat Hari Ayah Nasional.
Selamat Hari Ayah Nasional.
Untuk seluruh ayah di dunia, baik yang masih berjalan di samping kita,
maupun yang kini hanya dapat kita kunjungi dalam doa.
maupun yang kini hanya dapat kita kunjungi dalam doa.
Semoga langkah kalian selalu diberi kekuatan, hati kalian ditenangkan,dan cinta yang kalian tanam
tumbuh menjadi kebahagiaan yang tidak pernah layu.
tumbuh menjadi kebahagiaan yang tidak pernah layu.
===============================================


Kunjungan Anda sangat berharga buat kami. Saran dan ide Anda, kami harapkan untuk perbaikan situs ini. Bila Anda menyebarkan informasi yang berasal dari situs ini diharapkan mencantumkan tautan link aktif ke sumber postingan pada situs ini. Jazaakumullah Khairal jazaa'.SEMOGA TERJALIN PERSAUDARAAN YANG ERAT.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar