SEBUAH RENUNGAN

memikirkan-orang-lain
RENUNGAN - Ketika seorang pejabat keluar dari sebuah pintu hotel mewah berbintang dan beliau baru saja mengadakan acara seminar dalam rangka mengumpulkan dana untuk anak-anak terlantar yang biasa berkeliaran di jalan, 

baru saja beliau akan masuk ke mobil mewahnya tiba-tiba seorang anak dengan pakaian lusuh kusam, dan nampak memegang perutnya mendekati beliau dan berharap dengan memelasnya, ”Pak, saya dua hari belum makan , minta uang untuk beli nasi .”  

Pejabat itu terkejut dan segera menjauhi anak itu. ”Dasar anak keparat yang tak tahu diri !” teriaknya. ”Apakah kamu tidak tahu? Saya sudah mengorbankan waktu sepanjang hari mengadakan seminar untukmu ?

Sahabat yang dermawan, mari kita bersama-sama merenungkan satu hal : ” sudahkah kita mampu merealisasikan kepedulian kepada sesama walau itu dianggap perkara kecil ?”

Perkara ini mudah diucapkan tetapi ternyata tidak mudah dilakukan. Para politisi di negeri kita ini amat royal melontarkan kata-kata ”demi kepentingan rakyat.” 

Para wakil rakyat yang mengaku paling dekat dengan wong cilik kenyataannya malah menyakiti hati rakyat dengan tanpa malu-malu mengajukan anggaran untuk “ kebutuhan non pokok “ miliaran rupiah bagi diri mereka sendiri.

Para politisi lain juga tanpa malu -malu berlomba-lomba meluncurkan buku biografi politik yang dipenuhi kata-kata ”demi kepentingan rakyat.” Buku-buku biografi semacam ini sebenarnya merupakan ”pelecehan intelektual” belaka. 
Memberi Tanpa Menyakiti,
Menolong Tanpa Melukai.

Memikirkan dan berbuat untuk orang lain memang sangat sulit dilakukan, apalagi di zaman sekarang. Setiap hari kita disibukkan dengan pekerjaan yang tak habis-habisnya. Namun sekadar memperhatikan diri kita sendiri akan menghasilkan kesulitan yang cukup serius dalam jangka panjang.

Padahal memperhatikan orang lain adalah kebutuhan untuk menikmati hidup yang penuh makna. Memperhatikan orang lain adalah cara terbaik untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang sejati.

Seorang filsuf terkemuka pernah mengatakan, ”Manusia dilahirkan dalam kondisi telanjang, dan ketika meninggal ia dibungkus kain kafan. Apakah hanya itu keuntungan yang ia dapatkan sepanjang hidupnya?” Sayangnya dunia kita sekarang telah begitu materialistisnya, sehingga banyak orang beranggapan bahwa perhatian tersebut bisa digantikan dengan uang.

Padahal walaupun uang memang penting, namun ia tak akan pernah dapat menggantikan perhatian, pengertian, kehadiran dan kasih sayang.

Kahlil Gibran pernah mengatakan, ”Bila engkau memberi dari hartamu, tiada banyaklah pemberian itu. Bila engkau memberi dari dirimu itulah pemberian yang penuh arti.”

Memberi tidak harus bernuansa materi. Bahkan memberikan perhatian sebenarnya jauh lebih berarti ketimbang memberikan materi yang sifatnya amat terbatas. Cara menunjukkan kepedulian kita adalah dengan mendengarkan.

Seorang anak pernah mengungkapkannya dengan sangat baik, ”Di masa pertumbuhanku, ayahku selalu menghentikan apa yang sedang dia kerjakan dan mendengarkanku saat aku begitu bersemangat menceritakan apa yang telah aku alami seharian.” Mendengarkan dengan benar adalah melupakan diri sendiri dan memberikan perhatian lahir dan batin yang tulus. Dengan mendengarkan kita dapat menangkap bukan hanya apa yang dikatakan tetapi juga apa yang dirasakan.

Kahlil Gibran pernah mengatakan, ”Adalah baik untuk memberi ketika diminta, tapi jauh lebih baik lagi jika memberi tanpa harus diminta.”
------------------------------------------------------------------------------------

Sumber:  
Arvan Pradiansyah
Direktur pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM)

------------------------------------------------------------------------------------ 

Renungan untuk kepedulian pada sesama. Kahlil Gibran mengatakan, ”Adalah baik untuk memberi ketika diminta, tapi jauh lebih baik lagi jika memberi tanpa harus diminta.
Rating: 5.0 Reviewer: Nedi Arwandi
ItemReviewed: SEBUAH RENUNGAN
Posted by: Nedi Arwandi
BLOGGER MUARADUA, Updated at: Rabu, September 17, 2012
Diposting oleh NEDI ARWANDI
Blogger Muaradua OKU Selatan Updated at: Senin, 17 September 2012

Posted by : Nedi Arwandi ~ Blogger Muaradua OKU Selatan

nedi-arwandi Kunjungan Anda sangat berharga buat kami. Saran dan ide Anda, kami harapkan untuk perbaikan situs ini. Bila Anda menyebarkan informasi yang berasal dari situs ini diharapkan mencantumkan tautan link aktif ke sumber postingan pada situs ini. Jazaakumullah Khairal jazaa'.SEMOGA TERJALIN PERSAUDARAAN YANG ERAT.

33 komentar :

  1. kalau menyinggung para pejabat dinegri kita,kadang aq pingin ngomong kasar jadinya.
    keserakahan,keangkuhan dan kesombongan para pejabat kita sudah mendarah daging.mereka tidak hanya mengumpul kekayaan sendiri,namun sebenarnya merekalah yg menindas rakyat.
    semoga kita sebagai generasi penerus,dapat mengambil hikmah dan pembelajaran dari semua yg berlaku.jadikanlah diri kita yg baik dan bermanfaat untuk semua...meski kita bukan pejabat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak usah pake emosi mas Reo...he.he.he..
      masih ada di negeri kita ini pejabat yg bernurani,
      paling tidak kita mulai dari diri kita utk slalu muhasabah....

      Hapus
  2. Kita manusia biasa,selayaknya kita jika kita mampu maka berikanlah selebihnya kepada sesamamu yang kekurangan.Janganlah kita menyombongkan diri dengan materi yang lebih yang kita punyai.Karena orang yang sperti itu tidak layak di mata sang Pencipta.

    BalasHapus
  3. Kalau sifat Pejabat Kita rata^ demikian sungguh sangat keterlaluan, sikap moralnya sudah rusak karena tdk punya perasaan lagi, sungguh keterlaluan, biarkan suatu saat Tuhan yg akan Menghukumnya .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah tidak semua pejabat kita seperti itu kang,
      Ana sendiri sering mendapati pejabat yg baik dalam akhlak dan agamanya,
      ana pun berharap, semoga jadi magnet kebaikan bagi yg lainnya...

      Hapus
  4. yang jelas membantu org yg sedang membutuhkan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mas bayu,

      memberi tanpa menyakiti,
      menolong tanpa melukai,

      Menghargai dan perhatian kadang lebih bernilai dari harta yg tentu nilainya ada batasnya,

      Hapus
  5. sayang sekali memang. para pejabat itu kian bebal nuraninya dari waktu ke waktu. bicara cukup normatif saja, munafik pun OK saja. jadilah para gunung sekarang beramai-ramai batuk, sebal dengan ulah mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebagian mungkin seperti itu pak Zach,
      memng cukup menjengkelkan namun masih ada mutiara yg tersembunyi diantara para pejabat di negeri ini,
      ya semoga jadi inspirasi menuju kebaikan....

      Hapus
    2. iya Mas. masih banyak memang. dan nasibnya selalu diserang dan seperti dikebiri. setidaknya itu yang saya lihat sekilas seperti nasib walikota depok sekarang. menjadi orang baik resikonya luar biasa.

      Hapus
    3. mudah-mudahan slalu diberi kelapangan dada walau sering "ngelus dada"...he.he.he...
      tapi sangat luar biasa orang-orang yg berada di lingkungan yg memerlukan ekstra kesabaran namun ia tetap istiqomah dalm kebaikan dan kesabaran.....insya Allah pak Zach termasuk seperti itu juga, aamiin.

      Hapus
    4. aamiin. doa yang sama untuk Mas Nedi sekeluarga. sejuk sekali sore ini membaca postingan ini lagi.

      Hapus
  6. Assalamualaikum...

    Allah melimpahkan rezeki kepada kita tapi bukan maknanya kesemuanya hak kita, ada hak orang di dalamnya. Sesungguhnya menguji kita dengan limpahan rezeki itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam ya ustadz,

      Benar sekali ustadz, bahkan rizki yang melimpah merupakan ujian berat dalam bersyukur dan tegaknya amanah....

      Hapus
  7. Matur nuwun pengingatnya kang,
    Pada dasarnya, pejabat atau pun bukan, memiliki "ujian" yg hampir sama cuma kuantitas dan kualitas'y yg berbeda,baik dlm harta,kedudukan ataupun lainnya.
    Kita yg lemah selalu berharap pertolongan dan taufikNya dalam mendaki terjalnya "dunyo sauntoro".

    BalasHapus
  8. terima kasih banyak untuk renungannya ini soabat...

    BalasHapus
  9. saya suka tuh Kata Kahlil Gibran yang pertama sob, dalem banget...

    itu pejabat mana sob, ngakunya ngadain seminar buat rakyat kecil,eh pas diminta duit buat beli makan aja,jawabnya malah kaya gitu,?parah abis...

    BalasHapus
  10. kita selalu berani mengkritik pemerintah.. bagaimana dengan diri kita sendiri?!?! terimakasih mas atas renungannya.. semoga bisa kita aplikasikan bersama dalam kehidupan sehari2 secara nyata

    BalasHapus
  11. . . apakah kejadian kayak gitu beneran terjadi?!? widichhhhhhh,, songong banget tuch pejabat. sok^ nya mentingin rakyat, padahal untuk ketentraman dirinya sendiri . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. -@Asis Sugianto :
      "Terima kasih jga kunjungannya mas Ashtho"

      -@Ants Kaka & ♥VPie◥♀◤MahaDhifa♥ :
      "Yang tahu persis pejabatnya tentu pak Arvan
      Pradiansyah penulisnya....he.he.he.."

      -@InfoMasjidKita :
      "Oknum pejabat dan politisi belum tentu -
      mewakili pemerintah mas, mungkin mas belum-
      baca sampai selesai..he.he.he..

      Hapus
    2. . . kalo gitu,, tolonk tanya kan donk. aq kan gak kenal ma beliau. he..86x . .

      Hapus
    3. klo beliau sebutkan namanya bisa "tersembelih" oleh Pasal 310 ayat (1) KUHP, mbak.....he.he.he...

      Hapus
  12. sudah cukup rasanya termakan janji kalangan atas. Janjinya menyejahterakan rakyat, malah menyengsarakan !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dak usah lagi percaya ma janji2 dlm kampanye mas,
      udah biasa kita dibo'ongi tiap kampanye..he.he.he..
      Tapi pembahasan tulisan diatas sebenarnya intinya adalah :

      MENOLONG TAPI TIDAK MENYAKITI,
      MEMBANTU TAPI TIDAK MELUKAI,

      Hapus
  13. Kalau memang yang terjadi begitu sungguh sangat ta' pantas pejabat tersebut untuk berkata yang begitu..

    BalasHapus
  14. Visit back ya gan :)
    http://art-of-hacks.cyber4rt.com

    BalasHapus
  15. beda banget sama artikel yang kesederhanaan presiden iran ya sob,hehehhe...baru jadi pejabat aja udah sombong sampe mampus,,gimana nanti kalo mampus beneran dia,

    BalasHapus
    Balasan
    1. bila ada yg seperti itu, entah pejabat atau bukan semoga wae dapt merubah sikapnya ke yg positif kang,
      mesa'ake didungani "mampus"...he.he.he...

      Hapus
  16. Kahlil Gibran termasuk yang sangat saya sukai [puisi puisinya]. Saya jadi trenyuh dengan renungan ini. Seharusnya lebih diteliti lagi wawasan kebangsaan dari para pejabat kita. Agar mereka benar benar merealisasikan janjinya kepada rakyat selama mereka kampanye. Semoga

    BalasHapus
  17. maaf KY kurang faham sedikit, kerna bahasanya, cuma KY boleh tafsirkan ianya mengenai bantuan ek, untuk anak2 yg terbiar?

    BalasHapus