DARUSSALAM OKU SELATAN - Nama lengkap
Imam Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn
al-Mughirah ibn Bardizbah.
Abu Abdullah
Muhammad ibn Ismail, terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, Ia lahir di Bukhara pada 13 Syawal 194
H (21 Juli 810 M) setelah salat Jum'at.
Sedangkan
ayahnya, Ismail, seorang ulama besar ahli hadits. Ia belajar hadits dari Hammad
ibn Zayd dan Imam Malik.
Ayah Bukhari
disamping sebagai orang berilmu, ia juga sangat wara' (menghindari yang
subhat/meragukan dan haram) dan taqwa.
Dengan demikian,
jelaslah bahwa Bukhari hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang
berilmu, taat beragama dan wara'.
Tidak heran jika
ia lahir dan mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya itu.
Riwayat hidupnya
telah dipaparkan oleh Ibn Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu juga “ putra imam
Bukhari “ membuat biografi Imam Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabir.
Tak lama setelah
bayi yang baru lahr itu membuka matanya, iapun kehilangan penglihatannya.
Ayahnya sangat bersedih hati.
Ibunya yang
saleh menagis dan selalu berdo'a ke hadapan Tuhan, memohon agar bayinya bisa
melihat.
Kemudian dalam
tidurnya perempuan itu bermimpi didatangi Nabi Ibrahim yang berkata:
"Wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah
dapat melihat kembali, semua itu berkat do'amu yang tiada henti-hentinya."
Ketika ia
terbangun, penglihatan bayinya sudah normal. Ayahnya meninggal di waktu dia
masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
Dia dirawat dan
dididik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian. Keunggulan dan kejeniusan Bukhari sudah
nampak semenjak masih kecil.
Allah
menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan
yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadits.
Ketika berusia
10 tahun, ia sudah banyak menghafal hadits. Pada usia 16 tahun ia bersama ibu
dan kakak sulungnya mengunjungi berbagai kota
suci.
Kemudian ia
banyak menemui para ulama dan tokoh-tokoh negerinya untuk memperoleh dan
belajar hadits, bertukar pikiran dan berdiskusi dengan mereka.
Dalam usia 16
tahun, ia sudah hafal kitab sunan Ibn Mubarak dan Waki, juga mengetahui
pendapat-pendapat ahli ra'yi (penganut faham rasional), dasar-dasar dan
mazhabnya.
Rasyid ibn
Ismail, kakaknya yang tertua menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid
lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari
tidak pernah membuat catatan kuliah.
Ia dicela
membuang waktu dengan percuma karena tidak mencatat. Bukhari diam tidak
menjawab. Pada suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan yang
terus-menerus itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka.
Tercenganglah mereka semua karena Bukhari ternyata hapal di luar kepala 15.000
hadits, lengkap terinci dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Pengembaraan Imam Bukhari
Tahun 210 H, Bukhari berangkat menuju
Baitullah untuk menunaikan ibadah haji, disertai ibu dan saudaranya, Ahmad.
Saudaranya yang
lebih tua ini kemudian pulang kembali ke Bukhara,
sedang dia sendiri memilih Mekah sebagai tempat tinggalnya. Mekah merupakan
salah satu pusat ilmu yang penting di Hijaz. Sewaktu-waktu ia pergi ke Madinah.
Di kedua tanah
suci itulah ia menulis sebagian karya-karyanya dan menyusun dasar-dasar kitab
Al-Jami'as-Shahih dan pendahuluannya.
Ia menulis
Tarikh Kabirnya di dekat makam Nabi s.a.w. dan banyak menulis pada waktu malam
hari .
Sementara itu
ketiga buku tarikhnya, As-Saghir, Al-Awsat dan Al-Kabir, muncul dari
kemampuannya yang tinggi mengenai pengetahuan terhadap tokoh-tokoh dan
kepandaiannya memberikan kritik sehingga ia pernah berkata bahwa sedikit sekali
nama-nama yang disebutkan dalam tarikh yang tidak ia ketahui kisahnya.
Kemudian ia pun
memulai studi perjalanan dunia Islam selama 16 tahun. Dalam perjalanannya ke
berbagai negeri, hampir semua negeri Islam telah ia kunjungi sampai ke seluruh
Asia Barat.
Diceritakan bahwa
ia pernah berkata: "Saya telah mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah
masing-masing dua kali, ke basrah empat kali, menetap di Hijaz (Mekah dan
Madinah) selama enam tahun dan tak dapat dihitung lagi berapa kali saya
mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits."
Pada waktu itu, Baghdad adalah ibu kota
negara yang merupakan gudang ilmu dan ulama. Di negeri itu, ia sering menemui
Imam Ahmad bin Hambal dan tidak jarang ia mengajaknya untuk menetap di negeri
tersebut dan mencelanya karena menetap di negeri Khurasan.
Dalam setiap
perjalanannya yang melelahkan itu, Imam Bukhari senantiasa menghimpun hadits-hadits
dan ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus.
Di tengah malam
yang sunyi, ia bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menulis setiap
masalah yang terlintas di hatinya, setelah itu lampu di padamkan kembali. Perbuatan
ini ia lakukan hampir 20 kali setiap malamnya.
Ia merawi hadits
dari 80.000 perawi, dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat
menghapal hadits sebanyak itu lengkap dengan sumbernya.
Kemasyhuran Imam Bukhari
Kemasyhuran Imam Bukhari segera mencapai bagian
dunia Islam yang jauh, dan ke mana pun ia pergi selalu di elu-elukan.
Masyarakat heran dan kagum akan ingatannya yang luar biasa.
Pada tahun 250
H, Imam Bukhari mengunjungi Naisabur. Kedatangannya disambut gembira oleh para
penduduk, juga oleh gurunya, az-Zihli dan para ulama lainnya.
Imam Muslim bin
al-Hajjaj, pengarang kitab as-Shahih Muslim menceritakan: "Ketika Muhammad
bin Ismail datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah,
para ulama dan penduduk Naisabur memberikan sambutan seperti apa yang mereka
berikan kepadanya."
Mereka menyambut
kedatangannya dari luar kota
sejauh dua atau tiga marhalah (± 100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya
az-Zihli berkata: "Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin
Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya.
Esok paginya
Muhammad bin Yahya az-Zihli, sebagian ulama dan penduduk Naisabur menyongsong
kedatangan Imam Bukhari, ia pun lalu memasuki negeri itu dan menetap di daerah
perkampungan orang-orang Bukhara.
Selama menetap
di negeri itu, ia mengajarkan hadits secara tetap. Sementara itu, az-zihli pun
berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang
diberikannya. Ia berkata: "Pergilah kalian kepada orang alim yang saleh
itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya."
Imam Bukhari Difitnah
Tak lama kemudian terjadi fitnah terhadap Imam
bukhari karena kedengkian sebagian orang atas kemasyhurannya. Mereka meniupkan
tuduhannya kepada Imam Bukhari sebagai orang yang berpendapat bahwa
"Al-Qur'an adalah makhluk."
Hal inilah yang
menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya az-Zihli kepadanya sehingga ia
berkata: "Barang siapa berpendapat lafaz-lafaz Al-Qur'an adalah makhluk
maka ia adalah ahli bid’ah.
Ia tidak boleh
diajak bicara dan majlisnya tidak boleh di datangi. Dan barang siapa masih
mengunjungi majlisnya, curigailah dia."
Setelah adanya
ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya. Pada hakikatnya, Imam Bukhari terlepas dari
fitnah yang dituduhkan kepadanya itu.
Diceritakan,
seorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: "Bagaimana pendapat
Anda tentang lafaz-lafaz Al-Qur'an, makhluk ataukah bukan?" Bukhari
berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan
sampai tiga kali.
Tetapi orang
tersebut terus mendesaknya, maka ia menjawab: "Al-Qur'an adalah kalam
Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah
merupakan bid’ah." Yang dimaksud dengan perbuatan manusia adalah bacaan
dan ucapan mereka.
Pendapat yang
dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan
bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq dan ulama
salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli.
Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata: "Iman adalah perkataan
dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
Al-Qur'an adalah
kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW. yang paling utama adalah
Abu Bakar, Umar, Usman kemudian Ali.
Dengan berpegang
pada keyakinan dan keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di
akhirat kelak, insya Allah." Demikian juga ia pernah berkata: "Barang
siapa menuduhku berpendapat bahwa lafaz-lafaz Al-Qur'an adalah makhluk, ia
adalah pendusta."
Az-Zahli
benar-benar telah murka kepadanya, sehingga ia berkata: "Lelaki itu
(Bukhari) tidak boleh tinggal bersamaku di negeri ini."
Oleh karena Imam
Bukhari berpendapat bahwa keluar dari negeri itu lebih baik, demi menjaga
dirinya, dengan harapan agar fitnah yang menimpanya itu dapat mereda, maka ia
pun memutuskan untuk keluar dari negeri tersebut.
Setelah keluar
dari Naisabur, Imam Bukhari pulang ke negerinya sendiri, Bukhara. Kedatangannya disambut meriah oleh
seluruh penduduk.
Untuk keperluan
itu, mereka mengadakan upacara besar-besaran, mendirikan kemah-kemah sepanjang
satu farsakh (± 8 km) dari luar kota
dan menabur-naburkan uang dirham dan dinar sebagai manifestasi kegembiraan
mereka.
Selama beberapa
tahun menetap di negerinya itu, ia mengadakan majlis pengajian dan pengajaran hadits. Tetapi kemudian badai fitnah datang lagi.
Kali ini badai itu datang dari penguasa Bukhara
sendiri, Khalid bin Ahmad az-Zihli, walaupun sebabnya timbul dari sikap Imam
Bukhari yang terlalu memuliakan ilmu yang dimilikinya.
Ketika itu,
penguasa Bukhara,
mengirimkan utusan kepada Imam Bukhari, supaya ia mengirimkan kepadanya dua
buah karangannya, al-Jami' al-Shahih dan Tarikh.
Imam Bukhari
keberatan memenuhi permintaan itu. Ia hanya berpesan kepada utusan itu agar
disampaikan kepada Khalid, bahwa "Aku tidak akan merendahkan ilmu dengan
membawanya ke istana.
Jika hal ini
tidak berkenan di hati tuan, tuan adalah penguasa, maka keluarkanlah larangan
supaya aku tidak mengadakan majlis pengajian. Dengan begitu, aku mempunyai
alasan di sisi Allah kelak pada hari kiamat, bahwa sebenarnya aku tidak
menyembunyikan ilmu."
Mendapat jawaban
seperti itu, sang penguasa naik pitam, ia memerintahkan orang-orangnya agar
melancarkan hasutan yang dapat memojokkan Imam Bukhari. Dengan demikian ia
mempunyai alasan untuk mengusir Imam Bukhari.
Tak lama
kemudian Imam Bukhari pun diusir dari negerinya sendiri, Bukhara.
Imam Bukhari, kemudian mendo'akan tidak baik atas Khalid yang telah
mengusirnya secara tidak sah.
Belum sebulan
berlalu, Ibn Tahir memerintahkan agar Khalid bin Ahmad dijatuhi hukuman,
dipermalukan di depan umum dengan menunggang himar betina. Maka hidup sang
penguasa yang dhalim kepada Imam Bukhari itu berakhir dengan kehinaan dan
dipenjara.
Imam Bukhari Wafat
Imam Bukhari tidak saja mencurahkan seluruh
intelegensi dan daya ingatannya yang luar biasa itu pada karya tulisnya yang
terpenting, Shahih Bukhari, tetapi juga melaksanakan tugas itu dengan dedikasi
dan kesalehan.
Ia selalu mandi
dan berdo'a sebelum menulis buku itu. Imam Durami, guru Imam Bukhari, mengakui
keluasan wawasan hadits muridnya ini: "Di antara ciptaan Tuhan pada
masanya, Imam Bukharilah agaknya yang paling bijaksana."
Suatu ketika
penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari yang isinya meminta
ia supaya menetap di negeri mereka. Maka kemudian ia pergi untuk memenuhi
permohonan mereka.
Ketika
perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil yang terletak dua farsakh
sebelum Samarkand,
dan desa itu terdapat beberapa familinya, ia pun singgah terlebih dahulu untuk
mengunjungi mereka. Tetapi di desa itu Imam Bukhari jatuh sakit hingga menemui
ajalnya.
Ia wafat pada
malam Idul Fitri tahun 256 H. (31 Agustus 870 M), dalam usia 62 tahun kurang 13
hari. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti
jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai
sorban.
Pesan itu
dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Jenazahnya dikebumikan lepas
dzuhur, hari raya Idul Fitri, sesudah ia melewati perjalanan hidup panjang yang
penuh dengan berbagai amal yang mulia. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
ridha-Nya.
Guru-guru Imam Bukhari
Pengembaraannya ke berbagai negeri telah
mempertemukan Imam Bukhari dengan guru-guru yang berbobot dan dapat dipercaya,
yang mencapai jumlah sangat banyak.
Diceritakan bahwa
dia menyatakan: "Aku menulis hadits yang diterima dari 1.080 orang guru,
yang semuanya adalah ahli hadits dan berpendirian bahwa iman adalah ucapan dan
perbuatan."
Di antara
guru-guru besar itu adalah Ali ibn al-Madini, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn
Ma'in, Muhammad ibn Yusuf al-Faryabi, Maki ibn Ibrahim al-Bakhi, Muhammad ibn
Yusuf al-Baykandi dan Ibn Rahawaih. Guru-guru yang haditsnya diriwayatkan dalam
kitab Shahih-nya sebanyak 289 orang guru.
Keutamaan dan Keistimewaan Imam Bukhari
Karena kemasyhurannya sebagai seorang alim
yang super jenius, sangat banyak muridnya yang belajar dan mendengar langsung haditsnya
dari dia.
Tak dapat
dihitung dengan pasti berapa jumlah orang yang meriwayatkan hadits dari Imam
Bukhari, sehingga ada yang berpendapat bahwa kitab Shahih Bukhari didengar
secara langsung dari dia oleh sembilan puluh ribu (90.000) orang (Muqaddimah
Fathul-Bari, jilid 22, hal. 204).
Di antara sekian
banyak muridnya yang paling menonjol adalah Muslim bin al-Hajjaj, Tirmidzi,
Nasa'i, Ibn Khuzaimah, Ibn Abu Dawud, Muhammad bin Yusuf al-Firabri, Ibrahim
bin Ma'qil al-Nasafi, Hammad bin Syakr al-Nasawi dan Mansur bin Muhammad
al-Bazdawi.
Empat orang yang
terakhir ini merupakan yang paling masyhur sebagai perawi kitab Shahih
Bukhari. Dalam bidang kekuatan hafalan,
ketazaman pikiran dan pengetahuan para perawi hadits, juga dalam bidang
ilat-ilat hadits, Imam Bukhari merupakan salah satu tanda kekuasaan (ayat) dan
kebesaran Allah di muka bumi ini.
Allah telah
mempercayakan kepada Bukhari dan para pemuka dan penghimpun hadits lainnya,
untuk menghafal dan menjaga sunah-sunah Nabi kita Muhammad SAW.
Diriwayatkan, bahwa
Imam Bukhari berkata: "Saya hafal hadits di luar kepala sebanyak 100.000
buah hadits shahih, dan 200.000 hadits yang tidak shahih."
Mengenai
kejeniusan Imam Bukhari dapat dibuktikan pada kisah berikut. Ketika ia tiba di Baghdad, ahli-ahli hadits di sana berkumpul untuk menguji kemampuan dan
kepintarannya.
Mereka mengambil
100 buah hadits, lalu mereka tukar-tukarkan sanad dan matannya (diputar
balikkan), matan hadits ini diberi sanad hadits lain dan sanad hadits lain
dinbuat untuk matan hadits yang lain pula.
10 orang ulama
tampil dan masing-masing mengajukan pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan tentang hadits
yang telah diputarbalikkan tersebut. Orang pertama tampil dengan mengajukan
sepuluh buah hadits kepada Bukhari, dan setiap orang itu selesai menyebutkan
sebuah hadits, Imam Bukhari menjawab dengan tegas: "Saya tidak tahu hadits
yang Anda sebutkan ini."
Ia tetap
memberikan jawaban serupa sampai kepada penanya yang ke sepuluh, yang
masing-masing mengajukan sepuluh pertanyaan. Di antara hadirin yang tidak
mengerti, memastikan bahwa Imam Bukhari tidak akan mungkin mampu menjawab dengan
benar pertanyaan-pertanyaan itu, sedangkan para ulama berkata satu kepada yang
lainnya: "Orang ini mengetahui apa yang sebenarnya."
Setelah 10 orang
semuanya selesai mengajukan semua pertanyaannya yang jumlahnya 100 pertanyaan
tadi, kemudian Imam Bukhari melihat kepada penanya yang pertama dan berkata:
"Hadits pertama yang anda kemukakan isnadnya yang benar adalah begini; hadits
kedua isnadnya yang benar adalah beginii…"
Begitulah Imam
Bukhari menjawab semua pertanyaan satu demi satu hingga selesai menyebutkan
sepuluh hadits. Kemudian ia menoleh kepada penanya yang kedua, sampai menjawab
dengan selesai kemudian menoleh kepada penanya yang ketiga sampai menjawab
semua pertanyaan dengan selesai sampai pada penanya yang ke sepuluh sampai
selesai.
Imam Bukhari
menyebutkan satu persatu hadits-hadits yang sebenarnya dengan cermat dan tidak
ada satupun dan sedikitpun yang salah dengan jawaban yang urut sesuai dengan
sepuluh orang tadi mengeluarkan urutan pertanyaanya.
Maka para ulama Baghdad tidak dapat
berbuat lain, selain menyatakan kekagumannya kepada Imam Bukhari akan kekuatan
daya hafal dan kecemerlangan pikirannya, serta mengakuinya sebagai
"Imam" dalam bidang hadits.
Sebagian hadirin
memberikan komentar terhadap "uji cuba kemampuan" yang menegangkan
ini, ia berkata: "Yang mengagumkan, bukanlah karena Bukhari mampu
memberikan jawaban secara benar, tetapi yang benar-benar sangat mengagumkan
ialah kemampuannya dalam menyebutkan semua hadits yang sudah diputarbalikkan
itu secara berurutan persis seperti urutan yang dikemukakan oleh 10 orang
penguji, padahal ia hanya mendengar pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu hanya
satu kali."
Jadi banyak
pemirsa yang heran dengan kemampuan Imam Bukhari mengemukakan 100 buah hadits
secara berurutan seperti urutannya si penanya mengeluarkan pertanyaannya
padahal beliau hanya mendengarnya satu kali, ditambah lagi beliau membetulkan
rawi-rawi yang telah diputarbalikkan, ini sungguh luar biasa.
Imam Bukhari
pernah berkata: "Saya tidak pernah meriwayatkan sebuah hadits pun juga
yang diterima dari para sahabat dan tabi'in, melainkan saya mengetahui tarikh
kelahiran sebagian besar mereka, hari wafat dan tempat tinggalnya. Demikian
juga saya tidak meriwayatkan hadits sahabat dan tabi'in, yakni hadits-hadits
mauquf, kecuali ada dasarnya yang kuketahui dari Kitabullah dan sunah
Rasulullah SAW."
Dengan
kedudukannya dalam ilmu dan kekuatan hafalannya Imam Bukhari sebagaimana telah
disebutkan, wajarlah jika semua guru, kawan dan generasi sesudahnya memberikan
pujian kepadanya.
Seorang bertanya
kepada Qutaibah bin Sa'id tentang Imam Bukhari, ketika menyatakan : "Wahai
para penanya, saya sudah banyak mempelajari hadits dan pendapat, juga sudah
sering duduk bersama dengan para ahli fiqh, ahli ibadah dan para ahli zuhud; namun
saya belum pernah menjumpai orang begitu cerdas dan pandai seperti Muhammad bin
Isma'il al-Bukhari."
Imam al-A'immah
(pemimpin para imam) Abu Bakar ibn Khuzaimah telah memberikan kesaksian
terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong langit ini tidak ada
orang yang mengetahui hadits, yang melebihi Muhammad bin Isma'il."
Demikian pula
semua temannya memberikan pujian. Abu Hatim ar-Razi berkata: "Khurasan
belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal hadits melebihi Muhammad bin
Isma'il; juga belum pernah ada orang yang pergi dari kota
tersebut menuju Iraq
yang melebihi kealimannya."
Al-Hakim
menceritakan, dengan sanad lengkap. Bahwa Muslim (pengarang kitab Shahih),
datang kepada Imam Bukhari, lalu mencium antara kedua matanya dan berkata:
"Biarkan saya mencium kaki tuan, wahai maha guru, pemimpin para ahli hadits
dan dokter ahli penyakit (ilat) hadits."
Mengenai
sanjungan diberikan ulama generasi sesudahnya, cukup terwakili oleh perkataan
al-Hafiz Ibn Hajar yang menyatakan: "Andaikan pintu pujian dan sanjungan
kepada Bukhari masih terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua
kertas dan nafas. Ia bagaikan laut tak bertepi."
Imam Bukhari
adalah seorang yang berbadan kurus, berperawakan sedang, tidak terlalu tinggi
juga tidak pendek; kulitnya agak kecoklatan dan sedikit sekali makan. Ia sangat
pemalu namun ramah, dermawan, menjauhi kesenangan dunia dan cinta akhirat.
Banyak hartanya
yang disedekahkan baik secara sembunyi maupun terang-terangan, lebih-lebih
untuk kepentingan pendidikan dan para pelajar. Kepada para pelajar ia
memberikan bantuan dana yang cukup besar.
Diceritakan ia
pernah berkata: "Setiap bulan, saya berpenghasilan 500 dirham,semuanya
dibelanjakan untuk kepentingan pendidikan. Sebab, apa yang ada di sisi Allah
adalah lebih baik dan lebih kekal."
Imam Bukhari
sangat hati-hati dan sopan dalam berbicara dan dalam mencari kebenaran yang
hakiki di saat mengkritik para perawi. Terhadap perawi yang sudah jelas-jelas
diketahui kebohongannya, ia cukup berkata: "Perlu dipertimbangkan, para
ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam diri tentangnya." Perkataan
yang tegas tentang para perawi yang tercela ialah: "Haditsnya
diingkari."
Meskipun ia
sangat sopan dalam mengkritik para perawi, namun ia banyak meninggalkan hadits
yang diriwayatkan seseorang hanya karena orang itu diragukan.
Dalam sebuah
riwayat diceritakan bahwa ia berkata: "Saya meninggalkan 10.000 hadits
yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan, dan meninggalkan pula
jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatkan perawi yang dalam pandanganku,
perlu dipertimbangkan."
Selain dikenal
sebagai ahli hadits, Imam Bukhari juga sebenarnya adalah ahli dalam fiqh. Dalam
hal mengeluarkan fatwa, ia telah sampai pada darjat mujtahid mustaqiil (bebas,
tidak terikat pendapatnya pada madzhab-madzhab tertentu) atau dapat
mengeluarkan hukum secara sendirian.
Dia mempunyai
pendapat-pendapat hukum yang digalinya sendiri. Pendapat-pendapatnya itu
terkadang sejalan dengan madzhab Abu Hanifah, terkadang sesuai dengan Madzhab
Syafi'i dan kadang-kadang berbeda dengan keduanya.
Selain itu pada
suatu saat ia memilih madzhab Ibn Abbas, dan disaat lain memilih madzhab
Mujahid dan 'Ata dan sebagainya.
Jadi
kesimpulannya adalah Imam Bukhari adalah seorang ahli hadits yang ulung dan
ahli fiqh yg berijtihad sendiri, kendatipun yang lebih menonjol adalah
setatusnya sebagai ahli hadits, bukan sebagai ahli fiqh.
Di sela-sela
kesibukannya sebagai seorang alim, ia juga tidak melupakan kegiatan lain yang
dianggap penting untuk menegakkan Dinul Islam.
Imam Bukhari
sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan bahwa sepanjang
hidupnya, ia tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali.
Keadaan itu
timbul sebagai pengamalan sunah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum
Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya.
Tujuannya adalah
untuk memerangi musuh-musuh Islam dan mempertahankannya dari kejahatan
mereka.
Karya-karya Imam Bukhari
Di antara hasil karya Imam Bukhari adalah
sebagai berikut :
3.
At-Tarikh as-Sagir.
4.
At-Tarikh al-Awsat.
5.
At-Tarikh al-Kabir.
6.
At-Tafsir al-Kabir.
7.
Al-Musnad al-Kabir.
8.
Kitab al-'Ilal.
9.
Raf'ul-Yadain fis-Shalah.
10.
Birril-Walidain.
11.
Kitab al-Asyribah.
12.
Al-Qira'ah Khalf al-Imam.
13.
Kitab ad-Du'afa.
14.
Asami as-Sahabah.
15.
Kitab al-Kuna.
Sekilas Tentang Kitab AL-JAMI' AS-SHAHIH (Shahih
Bukhari)
Diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku
bermimpi melihat Rasulullah SAW.; seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil
memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya.
Kemudian aku
tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan
menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits Rasulullah SAW.
Mimpi inilah,
antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami'
as-Shahih." Dalam menghimpun hadits-hadits
shahih dalam kitabnya, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara
ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Beliau telah
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para
perawi, serta memperoleh secara pasti keshahihan hadits-hadits yang
diriwayatkannya.
Beliau
senantiasa membanding-bandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan
yang lain, menyaringnya dan memlih has mana yang menurutnya paling shahih.
Sehingga
kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini
tercermin dari perkataannya: "Aku susun kitab Al-Jami' ini yang dipilih
dari 600.000 hadits selama 16 tahun."
Dan beliau juga
sangat hati-hati, hal ini dapat dilihat dari pengakuan salah seorang muridnya
bernama al-Firbari menjelaskan bahwa ia mendengar Muhammad bin Isma'il
al-Bukhari berkata: "Aku susun kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil
Haram, dan tidaklah aku memasukkan ke dalamnya sebuah hadits pun, kecuali
sesudah aku memohonkan istikharoh kepada Allah dengan melakukan salat dua
rekaat dan sesudah aku meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar
shahih."
Maksud
pernyataan itu ialah bahwa Imam Bukhari mulai menyusun bab-babnya dan
dasar-dasarnya di Masjidil Haram secara sistematis, kemudian menulis
pendahuluan dan pokok-pokok bahasannya di Rawdah tempat di antara makan Nabi
SAW. dan mimbar.
Setelah itu, ia
mengumpulkan hadits-hadits dan menempatkannya pada bab-bab yang sesuai.
Pekerjaan ini dilakukan di Mekah, Madinah dengan tekun dan cermat, menyusunnya
selama 16 tahun.
Dengan usaha
seperti itu, maka lengkaplah bagi kitab tersebut segala faktor yang
menyebabkannya mencapai kebenaran, yang nilainya tidak terdapat pada kitab
lain.
Karenanya tidak
mengherankan bila kitab itu mempunyai kedudukan tinggi dalam hati para ulama.
Maka sungguh tepatlah ia mendapat predikat sebagai "Buku Hadits Nabi yang
Paling Shahih."
Diriwayatkan bahwa
Imam Bukhari berkata: "Tidaklah ku masukkan ke dalam kitab Al-Jami'as-Shahih ini kecuali hadits-hadits yang shahih; dan ku tinggalkan banyak hadits
shahih karena khawatir membosankan."
Kesimpulan yang
diperoleh para ulama, setelah mengadakan penelitian secara cermat terhadap
kitabnya, menyatakan bahwa Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya selalu berpegang
teguh pada tingkat keshahihan yang paling tinggi, dan tidak turun dari tingkat
tersebut kecuali dalam beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari
sebuah bab, seperti hadits mutabi dan hadits syahid, dan hadits-hadits yang
diriwayatkan dari sahabat dan tabi'in.
Jumlah Hadits
Kitab Al-Jami'as-Shahih (Shahih Bukhari)
Al-'Allamah Ibnus-Salah dalam Muqaddimah-nya
menyebutkan, bahwa jumlah hadits Shahih Bukhari sebanyak 7.275 buah hadits,
termasuk hadits-hadits yang disebutnya berulang, atau sebanyak 4.000 hadits
tanpa pengulangan. Perhitungan ini diikuti oleh Al-"Allamah Syaikh
Muhyiddin an-Nawawi dalam kitabnya, At-Taqrib.
Selain pendapat
tersebut di atas, Ibn Hajar di dalam muqaddimah Fathul-Bari, kitab syarah
Shahih Bukhari, menyebutkan, bahwa semua hadits shahih mawsil yang termuat
dalam Shahih Bukhari tanpa hadits yang disebutnya berulang sebanyak 2.602 buah hadits.
Sedangkan matan hadits
yang mu'alaq namun marfu', yakni hadits shahih namun tidak diwasalkan (tidak
disebutkan sanadnya secara sambung-menyambung) pada tempat lain sebanyak 159 hadits.
Semua hadits
Shahih Bukhari termasuk hadits yang disebutkan berulang-ulang sebanyak 7.397
buah. Yang mu'alaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi' sebanyak 344 buah hadits.
Jadi,
berdasarkan perhitungan ini dan termasuk yang berulang-ulang, jumlah seluruhnya
sebanyak 9.082 buah hadits.
Jumlah ini
diluar haits yang mauquf kepada sahabat dan (perkataan) yang diriwayatkan dari
tabi'in dan ulama-ulama sesudahnya.
Sumber: Kitab Hadits
Shahih yg Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah
ana do'akan supaya ustad panjang umur n sehat selalu biar terusss berkarya... hehehe. izin ya!
BalasHapusBlog ini banyak sekali manfaatnya buat pembelajaran saya sobat, sebab disini saya bisa belajar dan menambah wawasan, terutama utk memperdalam ilmu agama
BalasHapusTerima kasih sahabatku
salam sukses selalu